Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2012

Si Miskin yang Kaya

Biarkan Si Miskin berkata 'Aku Kaya' EMBUN TAUSHIYAH - Ahad, 17 Juni 2001  Suatu ketika seseorang yang sangat kaya mengajak anaknya mengunjungi sebuah kampung dengan tujuan utama memperlihatkan kepada anaknya betapa orang-orang bisa sangat miskin. Mereka menginap beberapa hari di sebuah daerah pertanian yang sangat miskin. Pada perjalanan pulang, sang Ayah bertanya kepada anaknya. ' Bagaimana perjalanan kali ini?' ' Wah, sangat luar biasa Ayah' ' Kau lihatkan betapa manusia bisa sangat miskin' kata ayahnya. ' Oh iya' kata anaknya ' Jadi, pelajaran apa yang dapat kamu ambil?' tanya ayahnya. Kemudian si anak menjawab. ' saya saksikan bahwa kita hanya punya satu anjing, mereka punya empat. Kita punya kolam renang yang luasnya sampai ketengah taman kita dan mereka memiliki telaga yang tidak ada batasnya. Kita mengimpor lentera-lentera di taman kita dan mereka memiliki bintang-bintang pada malam hari. Kita memiliki patio sampai ke hala

Ikan & Air

Suatu hari seorang ayah dan anaknya sedang duduk berbincang-bincang di tepi sungai. Kata Ayah kepada anaknya, “Lihatlah anakku, air begitu penting dalam kehidupan ini, tanpa air kita semua akan mati.” Pada saat yang bersamaan, seekor ikan kecil mendengarkan percakapan itu dari bawah permukaan air, ia mendadak menjadi gelisah dan ingin tahu apakah air itu, yang katanya begitu penting dalam kehidupan ini. Ikan kecil itu berenang dari hulu sampai ke hilir sungai sambil bertanya kepada setiap ikan yang ditemuinya, “Hai, tahukah kamu dimana air ? Aku telah mendengar percakapan manusia bahwa tanpa air kehidupan akan mati.” Ternyata semua ikan tidak mengetahui dimana air itu, si ikan kecil semakin gelisah, lalu ia berenang menuju mata air untuk bertemu dengan ikan sepuh yang sudah berpengalaman, kepada ikan sepuh itu ikan kecil ini menanyakan hal serupa, “Dimanakah air ?” Jawab ikan sepuh, “Tak usah gelisah anakku, air itu telah mengelilingimu, sehingga kamu bahkan tidak menyadari kehadiranny

Kelinciku ...

Di rumahku ada sepasang kelinci, maksudku jantan dan betina.  Mereka berdua hidup rukun. Keduanya suka main di rumahku, padahal kandang yang kami sediakan untuknya juga cukup luas. Karena halaman yang terletak di sebelah rumah menjadi tempatnya sehari-hari. Hanya saja diberi batas agar mereka tidak suka keluar. Tapi belakangan mereka berdua tahu jalan keluar. Pagar yang terbuat dari jala selalu digigitinya. Gigit sedikit demi sedikit hingga terbentuk lubang yang berukuran sebesar kelinci tersebut. Oh iya, aku lupa menyebutkan namanya. Bobo dan Bebi. Suatu hari terdapat keganjilan. Biasanya kalau pagi-pagi pintu rumah ku yang di samping dibuka, mereka langsung masuk ke rumah. Tapi kali ini tidak. Hanya Bobo saja yang masuk dan Bebi sama sekali tidak kelihatan. Awalnya ada rasa malas karena aku berpikir paling dia ada di bawah pohon yang tidak kelihatan. Di halaman itu memang kelinci-kelinciku bebas berlari kemana saja banyak pohon dan ranting-ranting yang pohonnya sudah tidak ada. Jadi