Kelinciku ...
Di rumahku ada sepasang kelinci, maksudku jantan dan betina. Mereka berdua hidup rukun. Keduanya suka main di rumahku, padahal kandang yang kami sediakan untuknya juga cukup luas. Karena halaman yang terletak di sebelah rumah menjadi tempatnya sehari-hari. Hanya saja diberi batas agar mereka tidak suka keluar.
Tapi belakangan mereka berdua tahu jalan keluar. Pagar yang terbuat dari jala selalu digigitinya.
Gigit sedikit demi sedikit hingga terbentuk lubang yang berukuran sebesar kelinci tersebut. Oh iya, aku lupa menyebutkan namanya. Bobo dan Bebi.
Suatu hari terdapat keganjilan. Biasanya kalau pagi-pagi pintu rumah ku yang di samping dibuka, mereka langsung masuk ke rumah. Tapi kali ini tidak. Hanya Bobo saja yang masuk dan Bebi sama sekali tidak kelihatan.
Awalnya ada rasa malas karena aku berpikir paling dia ada di bawah pohon yang tidak kelihatan. Di halaman itu memang kelinci-kelinciku bebas berlari kemana saja banyak pohon dan ranting-ranting yang pohonnya sudah tidak ada. Jadi begitu tersembunyi, pikirku karena suasana waktu itu cukup panas.
Sore tiba dan aku masih sedikit curiga. Tumben-tumbenan? Pikirku saat itu.
Tak lama anak-anak kecil yang menjadi tetangga-tetanggaku datang ke rumah. Mereka bilang kalau mereka menemukan si bebi. Waktu kami tanya dia dimana? Ternyata Bebi ada di halaman rumah yang di sebelah timur sedangkan kandang mereka selama ini adalah halaman sebelah barat rumah kami.
Setelah kami lihat ternyata dia tergeletak tak berdaya dan dari lehernya bercucuran darah segar. Ya, kapalanya hampir terputus. Entah apa yang menyebabkannya begitu. Mungkinkah ada anjing atau ada kucing yang mengincarnya. Tragis memang. Tidak lama ayah langsung menguburkannya di dekat dia tergeletak tersebut.
Apa yang terjadi pada Bobo? Dia sendirian. Merenung. Pasif. Menyendiri (karena memang tinggal sendirian) Tak pernah lagi aku melihatnya berlari-lari kemudian menggigiti jala untuk dia keluar. Yang dia lakukan hanya duduk lemas dibawah pohon. Ayah kasihan melihatnya, dan dia dapat 2 bebi sekarang. :)
Tak lama ayah membeli kelinci yang baru. 2 betina untuk menemani Bebi. Tapi tampaknya Bebi memang tak terganti untuknya. Sering kulihat mereka bertiga berkumpul-kumpul, tapi tak sedekat bobo dan bebi dulu. Bobo malah sering masuk ke rumahku daripada menghabiskan waktu di luar rumah. Dia lebih senang bermanja-manja kepada anggota keluarga dengan kangkung atau wortel daripada bermanja-manja dengan dua kelinci betina baru.
Hingga kami menjadi sangat akrab kepada Bobo. Sering dia keluar dari pintu rahasianya, tapi pada sore hari dia akan pulang dan duduk santai di rerumputan yang tidak termasuk kandangnya itu hingga pintu depan kami terbuka lalu dia masuk. Sungguh menggemaskan. Hingga malam dia tidak pernah mau keluar dari rumah. Dia akan selalu menagih makanan malam. Selalu begitu.
Sore ini seperti biasa ketika mendengar suara motor ayah pulang kerja, dia langsung ke depan pintu menyambut ayah. Memang begitu biasanya kalau mendengar suara motor atau mobil ayah pulang, dia langsung berlari mengejar. Jika saat ayah pulang dia berada di luar, dengan segera dia masuk rumah. Dan kalau ayah pulang sewaktu dia ada di rumah, biasanya Bobo langsung menuju pintu depan.
Sore ini dia begitu. Seperti biasanya. Setelah memberi makan untuk Bobo, ayah masuk ke kamar. Mungkin mau mandi. Si Bobo ini mungkin mau mencari angin. Dia berdiri di depan pintu rumah bagian depan. Tak lama dia keluar. Aku tak perlu khawatir karena Bobo tau jalan pulang. Tapi tak lama kemmudian aku mendengar suara erangan sedikit, seperti erangan kucing, Bobo berlari sekencang-kencangnya masuk ke dalam rumah dan langsung ke kandangnya di halaman samping sebelah barat rumah kami. Dia tampak ketakutan. Aku langsung keluar melihat apa yang ditakutkannya sehingga seperti itu.
Ternyata seekor kucing kecil sedang melotot. Aku marahi kucingnya dan dia segera berlari. Kuputuskan untuk mendekati Bobo. Tapi Bobo ketakutan melihatku. Padahal biasanya dia akan mencium kaki setiap orang yang dikenalnya lalu pergi kemanapun ia suka. Tidak untuk kali ini. Belum berjarak 5m pun, dia langsung berlari sesukanya yang penting jauh dari makhluk asing baginya.
Waktu aku tanya ayah, kata ayah mungkin dia trauma melihat Bebi yang waktu itu pernah digigit lehernya mungkin untuk menjadi santapan. Bobo…bobo…kasiannya dirimu.
Hewan yang mudah dilatih dan sangat menggemaskan itu mempunyai rasa trauma pada hal yang membawanya kepada kenangan buruk. Boboku sayang, boboku malang.
To be continue…
Nantikan kisah selanjutnya… ^_^
Komentar
Posting Komentar