Ini Bukan Galau
By: Irdha Diah
Kenapa pekerjaanku selalu tertunda?
Adakah yang tahu?
Karena aku masih menyimpan ragu.
Individual ini terasa kuat sekali, namun di sisi lain "mendahului kelompok" itu lebih dominan ternyata. Kedua hal yang kuat sama-sama egois.
Dan akhirnya apa yang terjadi?
Kebingungan, malas, bahkan lepas dari tanggung jawab. Itu yang terjadi.
Namun di saat-saat seperti itulah muncul berbagai motivasi, dorongan, dan dukungan datang silih berganti.
Hatiku masih menolaknya.
Aku tidak perlu itu.
Tidak perlu itu.
Tidak perlu semuanya.
Aku merasa hanya perlu sekedar saja.
Jangan berlebihan.
Jangan banyak pihak.
Karena itu membuatku lemah.
Merasa dibutuhkan.
Merasa tinggi.
Tidak.
Aku tidak ingin menjadi pribadi yang demikian.
Makanya.
Rasa jenuh ini datang.
Buat pamflet, buat release kegiatan.
Aku memang belum terbiasa.
Namun harus kuakui bahwa aku harus melakukannya.
bukan harus. namun WAJIB!
Karena aku sadar tidak ada yang mau bergerak.
Semua hanya diam.
Menyesalkah aku jika hanya berjalan sendiri?
TIDAK!
Hanya menyayangkan diri sendiri tanpa teman.
Plis. Ya Robbii...
Kirimkan seseorang atau beberapa orang untuk datang menyusulku.
Inginnya segera pergi dari semua ini.
Tapi aku tahu Allah memberikan yang terbaik..
Sekali lagi Ya Robbi...
Aku tahu ada orang lain yang lebih berkompeten untuk menang dalam lomba lari ini.
Aku tak sanggup lari lagi.
Persiapan bekalku sudah habis.
Adakah yang datang menemaniku berlari?
Berlari untuk mewakili nama kelompok.
Aku merasa telah lelah berlari ketika kulihat tak ada seorangpun dari kami yang bergerak lebih dahulu.
Ya Robbi...
Tolong kirimkan orang-orang itu...
Tangisku selalu terjadi ketika pesan-pesan semangat itu datang untukku.
Dari ayah, dari mama, dari guru, dari semua teman-teman yang mendukung, tapi di sisi lain aku dikucilkan, di anggap remeh, sesuai dengan kelemahan yang kumiliki.
Seperti seorang itik yang memasuki kolam baru untuk bermain.
Itik mengira kolam yang didatanginya indah dan penuh dengan segala fasilitas.
Ternyata kolam itu butuh untuk dibersihkan dulu.
Di dalam kolam itu bukan hanya ada itik, namun ada ular, ada bebek, ada angsa, dan ada hewan lainnya, jinak maupun liar.
Aku tidak memiliki bekal dan langsung memasuki dunia baru.
Tanpa persiapan. Tanpa ancang-ancang.
Semangatku kini pupus.
Masih tak yakin apakah aku sanggup berlari hingga garis final.
Semarang, 18 Juli 2012
21.42 WIB
Komentar
Posting Komentar