Puisi Menghukum Pembunuh

Seorang pedagang terkenal mendapat banyak uang dari hasil penjualannya. Dia bersama dua pembantunya dalam perjalanan pulang ke rumah. Pedagang itu sudah menduga akan niat buruk kedua pembantunya yang ingin merampas uangnya. Mereka berdua menahan majikannya dan mengancam akan membunuhnya.
Sebelum dibunuh, pedagang itu memohon kepada pembantunya dan berkata, “Sebelum kalian membunuh saya, saya meminta kalian berjanji akan pergi ke rumah saya dengan membawa dua baris puisi yang saya tulis ini dan menyerahkannya kepada anak gadis saya.”
Pembantunya bertanya, “Bisakah Tuan membacanya?”
Pedagang itu menjawab, “Begini bunyi puisi itu:

Siapa yang menyampaikan kepada dua anak gadisku bahwa ayah mereka
Kamu dan ayahmu orang yang sungguh membanggakan.”


Salah seorang pembantunya menjawab, “Itu tidak menjadi masalah. Akan saya sampaikan nanti.”
Setelah membunuh pedagang itu, mereka menepati janji menuju rumah anak gadis sulung pedagang itu. Salah seorang dari mereka berkata kepada anak gadis itu, “Ayahmu ditimpa kemalangan dalam perjalanan pulang ke rumah. Dia meninggal dunia dan meminta kami menyampaikan pesan kepada kamu dan adikmu, yaitu dua baris puisi.”
Puisi itu dibacakan kepada gadis itu. Ketika mendengarnya, gadis itu berkata kepada kedua pembantu itu, “Bisakah kalian menunggu sebentar? Saya hendak memanggil adik saya karena saya tidak paham pesan yang tersirat dalam puisi itu. Mungkin adik saya dapat memahaminya.”
Gadis itu berjumpa dengan adiknya dan membacakan dua baris puisi yang ditulis ayah mereka. Ketika mendengar puisi itu, adiknya terkejut dan wajahnya menunjukkan kesedihan. Tiba-tiba adiknya terkejut dan wajahnya menunjukkan kesedihan. Tiba-tiba adiknnya berteriak keras, “Wahai tetangga-tetanggaku yang terkenal dengan darah sastrawan! Ketahuilah bahwa kedua pembantu ini pembunuh ayahku!”
Jeritan gadis itu membuat tetangga mereka terkejut dan mereka bertanya, “Jika benar mereka berdua itu pembunuh, tunjukkan buktinya.”
Gadis itu menjawab, “Dua baris puisi ini memerlukan dua baris lagi untuk melengkapi puisi itu. Dua baris puisi yang diberikan pembantu itu tidak lengkap dan tidak benar maknanya.”
“Jika benar tidak lengkap, bisakah kamu tunjukkan?” tanya tetangga gadis itu.
Gadis itu membacakan puisi yang lengkap sebagai bukti.

Siapa yang menyampaikan kepada dua anak gadisku
bahwa ayah mereka dibunuh di padang yang berbatu
Kamu dan ayahmu orang yang sungguh membanggakan
Kedua pembantu ini yang membunuh aku

Ketika mendengar puisi yang lengkap itu, mereka pun mengatur rencana sebentar. Setelah terbukti perkataan anak gadis bungsu pedagang itu benar, kedua pembantu ayahnya ditangkap dan dihukum mati.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Akselerasi-a generasi 6 SMA Plus Al-Azhar Medan

Dari Sebel Jadi Kangen

Secuplik Kisah tentang Program dan Perencanaan