Ada Apa dengan Tahun Baru Masehi?
Seminggu sebelum 1 Januari, bahkan jauh-jauh hari sebelumnya saya ditawari ikut dalam acara menyambut tahun baru. Dalam hati berkata "Beginikah remaja sekarang?" Semoga dengan postingan ini dapat memberikan sedikit info saja. Tidak ada kata terlambat untuk memohon ampun kepada Allah...
Bismillah... Semoga bermanfaat...
Sejarah Tahun Baru Masehi
Tahun Baru pertama kali dirayakan pada tanggal 1 Januari 45 SM. Setelah Julius Caesar menjadi kaisar Roma, ia memutuskan mengganti penanggalan pada kalender dibantu oleh Sosigenes, seorang astronomi dari Iskandariyah, dan ia menyarankan agar penanggalan baru dibuat berdasarkan revolusi matahari. Tidak lama sebelum Caesar terbunuh di tahun 44 SM, dia mengubah nama bulan Quintilis dengan namanya, yaitu Julius yang sekarang kita sebut Juli. Kemudian nama bulan Sextilis diganti dengan nama pengganti Julius Caesar, yaitu Kaisar Augustus dan disebut menjadi bulan Agustus.
Dari sini kita dapat menyaksikan bahwa perayaan tahun baru dimulai dari orang-orang kafir dan sama sekali bukan dari Islam. Perayaan tahun baru masehi terjadi pada pergantian tahun kalender Gregorian yang sejak dulu telah dirayakan oleh orang-orang kafir. (Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal – Artikel RemajaIslam.com)
Lalu, darimana awal mula bulan januari? Januari berasal dari nama Dewa Janus, sesembahan kaum Pagan Romawi. Kaum Pagan disebut sebagai kaum kafir penyembah berhala. Sejarah pelestarian Budaya Pagan sudah ada semenjak zaman Hermaic (3600 SM) di Yunani, dan didukung oleh sebuah persaudaraan rahasia yang disebut sebagai Freemasons. Freemasons adalah kaum yang memiliki misi untuk melenyapkan ajaran para Nabi dari dunia ini.
Kembali ke Bulan Januari, ditetapkan setelah Bulan Desember karena Desember adalah pusat Winter Soltice, yaitu hari-hari dimana kaum Pagan merayakan ritual mereka saat musim dingin. Pertengahan Winter Sotice itupun jatuh pada tanggal 25 Desember, sehingga 1 Januari pun masih terhitung perayaan mereka. Kaum Paganisme merayakan tahun baru mereka dengan mengitari api unggun, menyalakan kembang api, dan bernyanyi bersama, bahkan di beberapa tempat di Eropa juga menandainya dengan memukul lonceng atau meniup terompet.
=========================================================================
Begitulah sejarahnya, dan kita tahu bahwa itu sama sekali bukan merupakan ajaran Islam. Bahkan hari raya dalam Islam hanya ada dua, sebagaimana Anas bin Malik mengatakan, “Orang-orang Jahiliyah dahulu memiliki dua hari (hari Nairuz dan Mihrojan) di setiap tahun yang mereka senang-senang ketika itu. Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba di Madinah, beliau mengatakan, “Dulu kalian memiliki dua hari untuk senang-senang di dalamnya. Sekarang Allah telah menggantikan bagi kalian dua hari yang lebih baik yaitu hari Idul Fithri dan Idul Adha”."
Saat malam hari yang katanya malam tahun baru, saya dan teman-teman berdiskusi dan menyampaikan pendapat tentang perayaan tersebut dan intinya adalah gak perlu merayakan sesuatu yang memiliki banyak mudharat. Cukuplah berdiam diri seolah-olah menunjukkan makna, "Tahun Baru, emang kenapa? Ada apa? Mau ngapain? Gak perlu." hehehehe :D
Kalau ada sanggahan "Tapi malam tahun baru, kenapa banyak orang-orang buat pengajian?" ya menurut pendapat salah satu orang, itu hanya pengalihan saja atau meminimalisir ummat Islam yang pergi untuk merayakan tahun baru tersebut.
Pembicaraan pun berlanjut hingga penguasaan semua produksi kebutuhan sehari-hari manusia, seperti makanan, style, kosmetik, dll. Penguasaan produksi tersebut diambil alih dan diberi brand ternama yang kita tahu notabene nya diam-diam merupakan perang terselubung.
Kata seseorang lagi, "Kitalah penggeraknya. Jangan hanya berbicara teori beribu bab-bab dan berjuta sub-bab. Ayo dong, gimana caranya kita mengembalikan remaja-remaja kita yang direbut oleh mereka. Kita gak bisa diam aja disini."
Mbak yang lain bilang, "Syi'ar sudah gencar dilakukan, tapi emang dasarnya mereka yang gak mau dengerin dan gak mau diajak."
Dalam hatiku berkata kalau mbak yang lain pernah bilang, "Memang gak mudah untuk menyebarkan dan mengajak kepada kebaikan. Dan yang mau itu hanya sedikit, tapi dari yang sedikit itulah kita harus jaga yang sedikit itu agar bisa bersama-sama menyebarkan kebaikan dengan kita."
Yang lain menimpali, "Semua itu butuh proses, dimulai dari yang kecil, dimulai dari diri sendiri. Dan proses itulah yang penting."
Saya menambahi, "Dimulai dari diri sendiri, dan semoga diskusi ini merupakan awal yang baik Untuk merubah yang diluar sana, semoga bisa dimulai dengan kita yang sekelompok ini."
Dan yang lain bertasbih memuji Allah. Semoga diskusi ini berlanjut dengan tema-tema yang baik.
Syukron Tsabiters.. ^_^
Kalian mengajakku ikut kepada kebaikkan seperti diskusi ini contohnya, dan masih banyak lagi diskusi-diskusi yang bermanfaat. Semoga Allah meridhoi kita.
Komentar
Posting Komentar